"Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah,dan janganlah kamu bercerai-berai,dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kau dahulu (masa jahiliyah) bermusuha-musuhan,maka Allah akan mempersatukan hatimu,lalu menjadilah kamu karena nikmat allah orang-orang yang bersaudara,dan kamu telah berada di tepi jurang neraka,lalu allah menyelamatkan kamu dari padanya.demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu,agar kamu mendapat petunjuk" (Qs.3:103)

Sabtu, Februari 13, 2010

Konsep Diri Pemuda Islam

“Demi masa. Sesunggghnya manusia benar-benar berada dalam kerugian; kecuali orang-orang yang beriman dan beramal sholeh dan saling berwsiat dengan kebenaran dan saling berwasiat dengan kesabaran” (Qs. Al Ashr: 1-3)

Dalam ayat diatas menjelaskan bahwa waktu adalah tempat hal yang strategis dalam kehidupan manusia. Allah swt berfirman dalam Qs. Al Mulk:2, “Dialah Allah yang menciptakan kematian dan kehidupan agar dia menguji kamu siapakah yang paling banyak amalnya”. Dalam ayat tersebut juga dijelaskan bahwa waktu itu hidup dengan sendirinya. Syeikh Yusuf Qardhawi mengatakan, “Al waqtu huwal hayat” yang artinya: waktu adalah hidup sendiri. Jadi, setiap manusia mempunyai 3 jenis waktu yang diberikan oleh Allah swt, yakni: waktu pribadi, waktu sosial, waktu sejarah.

Oleh karena itu, waktu bisa berarti dengan batas masa kerjanya. Dalam Qs. Al Ashr, manusia dalam kerugian, kecuali mereka mempunyai 4 kategori, yakni: orang-orang yang beriman, orang-orang yang beramal shaleh, orang yang yang saling berwasiat dalam sebuah kebenaran, dan orang-orang yang saling berwasiat dalam kesabarannya.

Dari rumusan kehandak Allah swt, manusia dapat mendesaign sebuah model kepribadian. Dari keempat kualifikasi yang menggambarkan tentang kehendak Allah swt, dapat kita aktualisasikan atau rekonstruksikan dengan secara sederhana dalam 3tangga kehidupan, yakni:

· Afiliasi; memahami dengan baik alasan kita untuk memilih Islam dan jadikan sebagai basis identitas yang berbetuk paradigm, mentalitas dan karakternya. Prosesnya itu akan melahirkan 3 komitmen: komitmen aqidah, komitmen ibadah, komitmen, akhlak. Tahap ini merupakan untuk menjadikan kepribadian yang shaleh.

· Partisipasi; seseorang yang telah mencapai kesempurnaan kepribadiannya, kemudian meleburkan kelingkaran kehidupan sosial masyarakat, akan tetapi partisipasi yang kita inginkan harus partisipasi integral yang mengakar pada emosi kita. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang perlu kita miliki dalam tahap partisipasi, yaitu: mendukung proyek kebajikan dan melawan proyek kehancuran, factor pemberi manfaat untuk masyarakat, perekat masyarakat dan pencegah disintegrasi sosial. Tahap ini merupakan menjadi dai.

· Kontribusi; dalam hal ini, dikontribusikan kedalam 4 bidang, yaitu: pemikir, leadership/kepemimpinan, professional, financial. Tahap ini merupakan menjadikan seorang mujahi.

Untuk dapat menyerapkan Islam dalam kepribadian, setiap muslim harus:

a. Memiliki konsep diri yang jelas, yakni memahami diri kita sebagai wadah kepribadian.

b. Mengetahui model manusia ideal, yaitu memahami Islam sebagai sesuatu yang mengisi wadah itu.

c. Melakukan adaptasi, yaitu adaptasi antara isi dan wadah.

“bertaqwalah kepada Allah menurut ukuran kemampuanmu” (Qs. At Taghabun.64:16)

Dalam ayat diatas dijelaskan bahwa Allah mengetahui keterbatasan kita sebagai manusia dan dalam keterbatasan yang kita miliki. Nabi saw bersabda: “Allah merahmati seseorang yang mengetahui kadar kemampuan dirinya”. Jika, kita sudah mengetahui kadar kemampuan dirinya, kita bisas memposisikan diri dengan tepat dalam berbagai kehidupan.

Akan tetapi, manusia mempunyai 2 ciri dalam keterbatasannya:

a. Sifat parsial; tidak bisa memiliki segala bidang

b. Dalam lingkar parsial, kemampuan kita juga sangat terbatas.

Dalam konteks keterbatasan itu, Allah swt berfirman: “Allah tidak membebani seseorang, kecuali sesuai dengan kesanggupannya”. (Qs. Al Baqarah: 286)

Jadi, dalam hal ini bergantung semuanya dengan pengetahuan tentang diri kita atau konsep diri. Kenapa kita perlu mengenal tentang konsep diri? …

Coba lihat kembali, dalam Qs. At Taghabun:16. Dalam surat tersebut dijelaskan bahwa potensi manusia itu terbatas dan dalam keterbatasan tersebut kita harus berislam dalam keterbatasan tersebut. Ibnul Qayyim mengatakan bahwa ada 2 pengetahuanyang terpenting, yakni: ma’rifatullah dan ma’rifatunnafs. Artinya, mengetahui Allah berarti mengetahui tujuan hidup, begitu pula dengan mengetahui diri sendiri; mengetahui diri sendiri mengantarkan kita agar sampai kepada tujuan yang kita inginkan.

Konsep diri adalah suatu kesadaran pribadi yang utuh dan mendalam tentang visi misi hidup, pilihan jalan hidup beserta prinsip dan nilai yang membentuknya.

menurut Carl Rogers Konsep diri adalah kesadaran batin yang tetap, mengenal pengalaman yang berhubungan dengan aku dan membedakan aku dari yang bukan aku.

Konsep-diri memiliki tiga dimensi, yaitu:

1. Pengetahuan tentang diri anda

Adalah informasi yang anda miliki tentang diri anda. Misalkan jenis kelamin, penampilan, dan sebagainya.

2. Pengharapan bagi anda

Adalah gagasan anda tentang kemungkinan menjadi apa kelak.

3. Penilaian terhadap diri anda

Adalah pengukuran anda tentang keadaan anda dibandingkan dengan apa yang menurut anda dapat dan seharusnya terjadi pada diri anda. Hasil pengukuran tersebut adalah rasa harga diri.

Ada 3 tingkatan dalam konsep diri, yakni:

1. Aku – diri: aku seperti yang aku pahami. Aku Diri adalah cara kita mempersepsi diri, seperti kita memiliki pemahaman seperti itu adanya.

2. Aku – sosial: aku seperti yang dipahami oleh orang lain yang ada disekitarku. Cara orang memahami kita juga memengaruhi diri sendiri.

3. Aku – ideal: aku yang aku inginkan. Ada orang yang begitu kuat keyakinan tentang aku – idealnya. Aku – ideal yang tidak memiliki korelasi kuat dengan aku – diri disebut pemimpi.

Dalam standarnya, aku – diri dan aku – sosial adalah variable, sedangkan standarnya adalah nilai Islam. Hal ini harus dijadikan standard an pedoman yang membimbing diri kita. Oleh karena itu, tingkatan diri yang ideal adalah saat pengadaptasian antara diri kita dan nilai Islam semakin klop.

Aku – diri: pemahaman diri yang efeknya memberikan ketenangan karena kita memahami diri kita.

Aku – sosial: memberikan rasa penerimaaan.

Aku – ideal: bagaimana kita menjadi benar

Upaya menemukan konsep diri yang utuh dan jelas adalah proses internalisasi atau suatu proses perjalanan ke dalam diri sendiri yang cukup rumit. Langkah-langkah aplikasinya, yaitu:

1. Ketenangan jiwa; penghayatan misi hidup.

2. Penelusuran diri

3. Pemetaan potensi dan pemilihan peran

4. Pengembangan kapasitas internal


------refence: Matta, M.Anis. "Model Manusia Muslim Abad XXI; pesona manusia pengemban misi peradan Islam". Progressio, Bandung: 2006

Matta, M.Anis. "Delapan Mata Air Cemerlang". Tarbawi Press, Jakarta:2009


1 komentar:

melly mengatakan...

yuhuuu........

wah tambah semangat aja nih, ulfa.

yuks kita jadi pemuda tangguh.

salam ulfa manis,,