"Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah,dan janganlah kamu bercerai-berai,dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kau dahulu (masa jahiliyah) bermusuha-musuhan,maka Allah akan mempersatukan hatimu,lalu menjadilah kamu karena nikmat allah orang-orang yang bersaudara,dan kamu telah berada di tepi jurang neraka,lalu allah menyelamatkan kamu dari padanya.demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu,agar kamu mendapat petunjuk" (Qs.3:103)

Senin, Februari 02, 2009

Al Qiyadah Wal Jundiyah



Karakter dakwah Islamiyah mewajibkan setiap Muslim bergerak dan berusaha mewujudkan tuntunan Islam. Setiap muslim berusaha mewujudkan dan menegakkan kembali Daulah Islamiyah alamiyyah, suatu Negara Islam yang bersifat Internasional. Tujuan ini dapat dicapai dengan adanya jama’ah dan melalui amal jama’i. maka amal jama’I, dalam kaitan ini adalah wajib. Sebab dalam kaidah ushul fiqh “Sesuatu yang tidak sempurna pelaksanaannya kecuali dengannya, maka ia adalah wajib” Islam buka agama individu. Ia adalah agama satu umat satu tanah air dan satu tubuh.


Allah swt berfirman: “Dan berpeganglah kamu sekalian dengan tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai…” (Qs. Ali Imran:103)


Jika kita menatap kembali Sirah nabawiyah Rasulullah saw yang merupakan pengalaman praktis bagi seluruh Dakwah Islamiyah. Beliau bersama jamaahnya menegakkan daulah Islamiyah, dan diikuti serta dilanjutkan para khulafaur rasyidin dengan menggunakan manhaj.
Setiap jamaah yang akan mencapai tujuannya harus memiliki manhaj yang jelas den bergerak. Jamaah harus mempunyai pemimpin yang dalam kaitan tersebut Hasan Al Banna mengatalan “Mengulang kaji seluruh organisasi atau bangsa-bangsa, anda akan dapati bahwa asas keberhasilan, kebangkitan dan pembangunannya adalah adanya manhaj tertentu dan adanya kelompok yang bergerak atas dasar manhaj tersebut”
Pimpinan dalam suatu jamaah, ibarat kata kepala bagi tbuh. Dalam kekuatan dan kesadaran serta kemampuan prima seorang pemimpin sangat menentukan kekuatan gerakan,aktifitas, produktifitas dan keselamatan perjalanan dakwah. Dari Ibnu abbas, Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa mengangkat seorang laki-laki untuk satu jabatan berdasarkan sikap pilih kasih, padahal ada dikalangan mereka orang yang lebih diridhai Allah darinya, maka sesungguhnya ia telah mengkhianati Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman” (HR. Al Hakam)
Dalam keanggotaan pada dasarnya kaum muslim merupakan satu angkatan yang bergerak dan berjuang bersama untuk islam. Hasan Al Banna telah menerapkan manhaj dan ushlub. Ia menggariskan jalan ini dengan tujuan mempersiapkan anggota-anggota jamaah secara berangsur-angsur (tajjarud)-pengenalan (ta’atuf) –pembentukan (takwin) –pelaksanaan (tanfidz), serta meletakkan cirri-ciri bagi seorang muslim yang akan dipersiapkan, diantaranya: akidah yang baik (Salimul Aqidah), ibadah yang lurus (Shahihul Ibadah), akhlak yang mulia/kokoh (Matinul Khuluq), kekuatan jasmani (Qawiyyul Jismi), berfikir yang cerdas/ intelek (Mutsaqaful Fikri), berjuang melawan hawa nafsu (Mujahadatul Linafsihi), menjaga waktu (Harishun ‘ala Waqtihi), berdisiplin dalam segala hal (Munazhanmun Fi Syu’unihi), memiliki faktor-faktor asasi sebagai pejuang muslim (Qadirun alal kasbi), berguna bagi orang lain (Nafi’un Lighairihi).
Imam Hasan Al Banna mengatakan yang berkenaan dengan pembentukan kader yang laik untuk memikul tanggungjawab dan tugas besar; “Umat yang berada dalam situasi seperti sekarang ini, yang sedang memikul tugas sangat penting seperti kita ini, yang tengah menghadapi berbagai tanggungjawab dan kewajiban. Tidak perlu menghibur diri dengan diam, atau berdalih dengan berbagai alasan, angan-angan dan harapan. Sebaliknya, umat ini harus mempersiapkan diri mengarungi lautan perjuangan yang panjang, penuh berbagai tantangan dahsyat serta pertarungan sengit antara haq dan bathil, antara yang berguna dan berbahaya, antara yang berhak dan perampok hak, antara ikhlas, jujur dan murni dengan palsu dan pura-pura dan antra yang berjalan lurus dan yang menyeleweng. Jihad diambil dari kata Al Juhdu yang berarti kepayahan. Ketahuilah! Bahwa kesusahan dalam berjihad menuntut kita berjuang terus sampai pertarungan berakhir. Hanya di awal perjalanan, anda sempat memuji pimpinan, tetapi jika telah berada di tengah perjalanan yang penuh resiko mengerikan, tidak ada bekal dan persiapan umat ini kecuali jiwa yang beriman, tekad yang kuat dan benar yang rela berkorban dan tampil ke gelanggang dalam keadaan apapun. Jika tidak ada kader seperti itu, maka kekalahan dan kegagalan telah menghadapnya”
Akhlak dan sifat-sifat yang dimiliki seorang pemimpin, diantaranya
1. ikhlas serta mengharapkan keridhan Allah
2. mutsaqaful fiqri (intelektual dalam berfikir)
3. berperangai penyantun, lemah lembut, kasih sayang. (Qs. Ali Imran:159)
4. bersahabat
5. berani serta sportif
6. shidiq
7. tawadhu’.(Qs. Asy Syua’ra:215, Al Maidah:54, AL Fath:29)
8. pemaaf serta berlaku Ihsan.(Qs. Ali Imran:134, Asy Syua’ra:40, Al fushilat:34)
9. menempati janjti serta setia. (Qs. Al Fath:10, Al Ahzab:23-24)
10. sabar. (Qs.Al Baqarah:153, Ali Imran:200, Azh Zhumar:10)
11. ‘iffah dan kiram. (Qs. AHasyr:9)
12. wara’ dan zuhud
13. adil dan jujur
14. lapang dada
15. memelihara kemuliaan Allah. (Qs. A Hajj: 30)
16. tawakal. (Qs. Ali Imran: 159,173-174, Ath Tala:3)
17. sederhana dalam segala hal
18. menjauhi sikap pesimistiris serta over estimasi
Beberapa persyaratan seorang aktivis:
1. Memahami arti komitmennya kepada Islam
2. Mengenali karakter tahapan dakwah yang sedang dijalaninya dengan segala tuntunannya
3. Meyakini kepada Kitabullah & Sunnahtullah
4. Yakin akan kewajiban bergerak membangkitkan Iman dalam jiwa manusia
5. Mengetahui sejelas-jelasnya bahwa amal usaha menegakkan Daulah Islamiyah adalah kewajiban setiap muslim/muslimah
6. Mengetahui bahwa kewajiban ini tidak mungkin terlaksana dengan usaha perorangan
7. Ingatlah! Kaedah Ushul Fiqh; “Maka AMal Jama’I dipandang sebagai persoalan yang wajib ditunaikan sebelum melangkah membangun kembali Daulah Islamiyah
8. Menyadari perlu memilih jamaah yang akan dimasukinya
9. sebelum memilih satu jamaah, terlebih dahulu harus meneliti sifat-sifat asasi terhadap jamaah
10. mengetahui bahwa dasar Islam adalah kesatuan kata dan Shaff. (Qs. Al Anfal:46, Ali Imran:103)
11. mengetahui bahwa amal jama’I memiliki syarat dan ilthizam yang harus diketahuinya
12. dasar beramal ini semata karena Allah swt. (Qs. Al Fath:10)
13. mengetahui persoalan penting tentang di jalan dakwah adalah muraqobatullah
Aturan dan adab pergaulan pimpinan dan anggota
1. Saling menghormati dan menghargai
2. adab pergaulan dan perbincangan
3. saling mempercayai dan berbaik sangka. (Qs. Al Hujurat:12)
4. saling menasehati
5. saling mencintai dan bersaudara. (Qs. Al Isra’: 53)
6. mempererat hubungan antara pemimpin dan anggota
7. hal pergantian pemimpin
8. tunduk dibawah Syariat Allah dan Rasul. (Qs. An Nisa:59, 65, Al Ahzab:36)
9. mengkaji berbagai harakah dan mengemban pengalaman
Diatas sudah menguraikan tentang persoalan amal jama’I, pemimpin, anggota. Uraian tersebut untuk menjamin kelancaran gerakan dakwah. Semuanya itu memerlukan tenaga, daya, serta kemampuan untuk mewujudkan seluruh tujuan dan harapan. Dan memerlukan manajemen, system dan pengawasan yang baik. Benar, dasar keberhasilan dalam mewujudkan itu semua adalah cinta, ikhlas, saling memahami, kerja sama, dll.meskipun begitu, suatu hal yang amat penting adalah mengitu system, tata tertib serta peraturan yang mengatur seluruh gerakan dan amal usaha.
Pada dasarnya menyusun dan mekanisme kerja harus berada dalam kerangka dasar-dasar Islam. Semuanya disusun dibawah sinar hidayah Rasulullah saw, perjalanan hidupnya dengan jamaah islamiyah sampai menegakkan daulah Islamiyah. Kedua, seluruh system dan peraturan dipandang sebagai alat dan sarana untuk menysun kerja dan gerakan. Ketiga, tujuan penyusunan system kerja dan peraturan bidang garapan adalah agar jamaah bergerak
*Penulisnya: Syekh Musthafa Masyhur 11,5 x 17,5 cm Cover : Soft Cover Jumlah hlm. : 182 hlm Terbit : Mei 2006

Tidak ada komentar: